PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA MASYARAKAT

 

 

A.   Pendahuluan

Membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan yang dapat dikembangkan, dibina dan dipupuk melalui kegiatan belajar mengajar. Lingkungan pendidikan merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca, kegiatan membaca sudah semestinya merupakan  aktivitas rutin sehari-hari bagi masyarakat ilmiah dan pendidikan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi.

Dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu sehingga seseorang dapat mencapai prestasi achievement reading, seseorang peserta didik agar memperoleh kelulusan dengan baik, harus mempelajari atau membaca sejumlah bahan bacaan yang direkomendasikan oleh pendidik, begitu sebaliknya seorang pendidik untuk meraih kualifikasi tertentu dalam mengajar atau menulis ilmiah juga harus didukung dengan kegiatan membaca berbagai bahan bacaan untuk selalu memperbaharui pengetahuannya secara kontinyu, sesuai dengan perkembangan yang ada.

Kebiasaan membaca merupakan sesuatu  yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.

Upaya pembinaan minat baca telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, tetapi bagaimana hasil yang diperoleh di Indonesia bila dibanding dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura, apalagi India. masih jauh di bawah negara-negara tersebut.

Masalah minat baca di Indonesia telah banyak dibahas melalui tulisan, seminar, workshop dan berbagai media. Namun masalah ini masih sangat menarik untuk kita pelajari bersama. Mengapa ? Kenyataan di lapangan, walaupun telah banyak kalangan mengupas, bahkan Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai cara, yang salah satunya pada bulan mencanangkan bulan Buku, namun bagaimana hasilnya kita masih berada pada urutan ke-6 dan dibawah Malaysia. Padahal kalau kita cermati sejenak penerbitan koran dan majalah, dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlahnya telah meningkat, akan tetapi hal ini tidak diikuti oleh penerbitan buku.

Mengapa minat baca di Indonesia dikatakan masih rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca di Indonesia antara lain :

Pertama, Kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran di Indonesia belum mendukung kepada peserta didik, semestinya kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada mengharuskan membaca buku lebih banyak lebih baik atau mencari informasi lebih dari apa yang diajarkan

Kedua, masih terlalu banyaknya jenis hiburan, permainan game dan tanyangan TV yang tidak mendidik, bahkan kebanyakan acara-acara yang ditanyangkan lebih banyak yang mengalihkan perhatian untuk membaca buku kepada hal-hal yang bersifat negatif.

Ketiga,  Kebiasaan masyarakat terdahulu yang turun temurun dan sudah mendarah daging, masyarakat sudah terbiasa dengan cara mendongeng, berceritera yang sampai saat sekarang masih berkembang di masyarakat Indonesia.

Keempat, Rendahnya produksi buku-buku yang berkualitas di Indonesia,  dan masih adanya kesenjangan penyebaran buku di perkotaan dan pedesaan, yang mengakibatkan terbatasnya sarana bahan bacaan dan kurang meratanya bahan bacaan ke pelosok tanah air

Kelima, rendahnya dukungan dari lingkungan keluarga, yang kesehariaanya hanya disibukkan oleh kegiatan-kegiatan keluarga yang tidak menyentuh aspek-aspek penumbuhan minat baca pada keluarga.

Keenam, minimnya sarana untuk memperoleh bahan bacaan, seperti perpustakaan, taman bacaan. Bahkan  hal ini masih dianggap merupakan sesuatu yang aneh dan langka dalam masyarakat.

Sedangkan Mastini Hardjoprakosa (2005 : 145) juga mengutarakan tentang beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia antara lain :

1.      Pemerintah dan swasta dengan lembaga pendidikannya, para guru kurang memotivasi para anak didiknya untuk membaca buku-buku selain buku pelajaran.

2.      Para orang tua tidak memberi dorongan kepada anak untuk mengutamakan membeli buku dari pada mainan, alat pandang dengar. Mereka biasanya kurang mengetahui jenis buku yang sesuai dan disukai anak, dan mereka biasanya juga kurang memperkenalkan perpustakan kepada anak-anak.

3.      Para penerbit media cetak memasang harga buku yang bermutu terlalu tinggi, sehingga tak terjangkau oleh masyarakat luas.

4.      Para pengarang, penyadur dan penerjemah yang semakin berkurang, karena royalti yang tidak menentu dan masih terkena PPH.

5.      Perpustakaan Umum yang jumlahnya belum mencukupi di tiap Propinsi untuk melayani masyarakat.

6.      Perpustakaan masjid yang belum terkelola dengan profesional.

 

Selain masalah tersebut diatas masih ada beberapa faktor lain :

1.      Kurangnya fasilitas perpustakan di daerah pedesaan, perkampungan serta kurangnya pengertian  akan manfaat perpustakan

2.      Kurangnya tenaga pengelola perpustakaan yang profesional

3.      Terbatasnya  bahan pustaka dalam jumlah dan variasinya yang belum memenuhi kebutuhan pengguna jasa perpustakaan.

4.      Kurang bervariasinya jenis layanan perpustakaan, seperti jasa referens, pemutaran film, bercerita, penelusuran dan lain sebgainya.

5.      Terbatasnya ruangan perpustakaan yang berakibat belum adanya ruang-ruang khusus seperti rung baca, ruang cerita, ruang remaja.

6.      Terbatasnya perabot dan peralatan perpustakaan.

7.      Kurangnya kebijakan tentang promosi budaya baca dan pemasyarakatan perpustakaan

8.      Belum adanya kemantapan kerjasama jaringan yang terpadu antar perpustakaan.

 

Untuk mengatasi beberapa faktor penyebab rendahnya minat baca diatas, maka sudah saatnya sekarang perpustakaan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat di Indonesia.

 

B. Strategi Meningkatkan Minat Baca

 

Dari uraian diatas terlihat bahwa kegaiatan menbaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan secara berkelanjutan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun kalau kita lihat kenyataan dilapangan, bahwa untuk mengembangkan minat baca masyarakat kita masih banyak kendala, yang mengakibatkan rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia.

Perpustakaan sebagai lembaga perantara (agency) yang sangat penting dalam proses komunikasi, dapat memainkan peran yang lebih besar dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat. Perpustakaan berdiri karena adanya kebutuhan akan suatu lembaga yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengorganisasi dan menyebarluaskan informasi kepada para pembaca, peran ini melibatkan pustakawan dalam dunia komunikasi.

Sasaran setiap perpustakaan dalam meningkatkan minat baca masyarakat sesuai dengan lingkungan dimana perpustakaan itu berada, dan setiap perpustakaan bertanggungjawab terhadap peningkatan minat baca masyarakat di lingkungan masing-masing, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak lain.

 

Ridwan Siregar (2004 : 97) menyatakan bahwa dalam rangka upaya meningkatkan minat baca masyarakat ada beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :

  1. Untuk Perpustakaan Sekolah : memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas dan karakteristik pelayanan perpustakaan, dengan membuat kebijakan yang terkait dengan penetapan persentase jumlah anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari anggaran belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga persen setiap tahun )
  2. Untuk Perguruan Tinggi : memperbaiki fasilitan dan karakteristik pelayanan perpustakaan dan mengubah metode pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran perpustakaan harus diubah dari sekedar store house yang pasif menjadi educational house yang aktif. Reformasi perkuliahan akan mempunyai efek timbal balik pada perpustakaan, dan efek timbal balik yang sama akan dihasilkan dari bahan-bahan bacaan dan pelayanan perpustakaan yang disempurnakan.
  3. Di Lingkungan Masyarakat : Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah yang terdapat disetiap Propinsi seharusnya dapat berperan lebih besar dalam mendorong dan menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan umum tingkat Kecamatan, Desa dan Perpustakaan Masjid, agar pelayanan perpustakaan dapat menjangkau semua lapiran masyarakat.

 

Sedangkan Mastini Hardjoprakosa (2005 : 146) mengemukakan beberapa gagasan yang dapat diusahakan untuk meningkatkan minat baca :

  1. Membaca harus dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan.
  2. Kegiatan mempromosikan buku sebagai bacaan yang menarik, sebaiknya penerbit bekerjasama dengan mass media seperti surat kabar, radio, TV untuk mempromosikan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau oleh masyarakat luas. Dan penerbit menerbitkan buku anak-anak dengan ilustrasi yang menarik dan harga terjangkau.
  3. Peningkatan Fasilitas Perpustakaan dan Program Kegiatan Minat Baca,  dengan menambah jumlah berbagai jenis perpustakaan ; Perpustakaan Daerah TK.II, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Tempat Ibadah ( Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara).

 

C.  Peran pustakawan Dalam menumbuhkan Minat Baca

Telah banyak program atau kegiatan yang dilakukan  dalam rangka upaya menumbuhkan minat baca masyarakat di Indonesia, namum bagaimana hasilnya masih belum dapat dirasakan  dan masih jauh dari harapan.

Pustakawan dalam upaya menumbuhkan minat baca masyarakat dewasa ini, tidak hanya bertumpu pada apa yang pernah diterapkan didalam mengelola informasi dan bahan pustaka yang dimiliki saja, kemudian menunggu pengguna yang datang dan tidak melengkapi sarana perpustakaan dengan teknologi informasi yang mutakhir dan pustakawannya tidak proaktif.

 

Ratnaningsih dalam Engkos Koswara (1998 : 300) menyatakan Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar, membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak antara lain :

  1. Menata ruang baca anak sedemikian menarik, menyenangkan, dan nyaman, baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar anak tertarik untuk datang dan melihatnya.
  2. Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apa saja yang baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidikan kelompok anak yang dibimbingnya.
  3. Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang menarik, untuk anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sampai selesai ceritanya, kelanjutanya cerita tersebut disusruh menbaca sendiri. Sedangakan bagi kelompok yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai selesai agar mereka benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika diminta untuk memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan pustakawan.
  4. Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut mereka menarik.
  5. Menginstrusksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita antar kelompok kemudian masing-masing kelompok membacakan bagi kelompoknya.
  6. Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.
  7. Pustakawan dalam melakukan bimbingan dan latihan ini secara teratur, terjadwal, dan waktunya cukup.

Apabila pustakawan telah berperan proaktif dalam menyiapkan anak-anak sejak dini dengan mengenalkan, melatih dan membimbing sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, setidaknya anak akan terbiasa membaca secara teratur dan membuat catatan yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini merupakan budaya yang baik dimasyarakat  yang dapat dilakukan oleh pustakawan dalam kehidupan generasi penerus dan  masyarakat.

 

H. Soekarman  Kartosedono (1998 : 316) mengemukan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan minat baca pada masyarakat, khususnya pada anak.

  1. Tersedianya pilihan yang luas atas bahan bacaan anak
  2. Tersedianya buku-buku anak di rumah, di sekolah, perpustakaan maupun toko buku.
  3. Seleksi yang dilakukan oleh pustakawan untuk atau atas nama kebutuhan anak-anak.
  4. Tersedianya waktu dan kesempatan anak-anak untuk membaca.
  5. Kebutuhan dan kemampuan pribadi dari anak-anak itu sendiri..

 

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pustakawan dalam rangka pengelolaan dan pelayanan informasi terhadap pengguna, karena dengan cara tersebut akan dapat mempengaruhi pertumbuhan minat baca dalam masyarakat khususnya bagi anak-anak.

 

Mastini Hardjoprakosa (1998 : 306) mengemukakan bahwa pustakawan berperan sebagai pembina dalam hal :

  1. Memberi informasi tentang koleksi atau bahan bacaan.
  2. Menggunkan koleksi atau bahan bacaan.
  3. Minat baca dan penulisan sinopsis
  4. Pemilihan buku yang sesuai dengan kebutuhan usia anak.

 

Dari beberapa hal yang telah dikemukan diatas, menunjukkan adanya peran besar pustakawan dalam rangka menumbuhkan minat baca dalam masyarakat, khususnya bagi anak-anak.

 

D.  Kesimpulan

 

Dalam upaya menumbuhkan  minat baca masyarakat pada dasarnya dapat dilakukan beberapa langkah strategis oleh perbagai pihak, baik Pemerintah, Pendidik, Perpustakaan, Pustakawan dan Masyarakat, dengan malakukan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pemerintah mendesain kurikulum atau sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan kegiatan membaca bahan bacaan yang terkait dengan kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada.

2. Pendidik berupaya merekomendasikan bahan-bahan bacaan yang harus dibaca oleh peserta didik yang dikaitkan dengan tugas-tugas pembelajaran, hal ini juga harus di informasikan ke pustakawan atau perpustakaan agar  disediakan bahan bacaan yang direkomendasikan, sehingga peserta didik dengan sendirinya akan mencari dan membaca bahan bacaan di perpustakaan.

3. Tersedianya sarana sumber informasi/Perpustakaan/Taman Bacaan / Pusat Dokumentasi dan Informasi yang memadai, mudah terjangkau dan representatif, sehingga pengguna merasa butuh informasi yang ada di perpustakaan, dan perpustakaan juga dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

4. Pemerataan akses informasi dengan dikembangkannya Taman Bacaan ke tingkat desa, sehingga masyarakat di pedesaan juga merasakan adanya penyebaran informasi atau ilmu pengetahuan.

5. Menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat, betapa petingnya kebiasaan membaca, karena dengan membaca akan dapat membuka wacana baru dan menambah wawasan terkait dengan perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi.

 

 

E.  Daftar Bacaan

 

SIREGAR, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa. Medan : Universitas Sumatera Utara,

KOSWARA, Engkos (editor) 2005 , Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung : IPI dan Remadja Rosdakarya,

HARDJOPRAKOSO, Mastini , 2005. Bunga Rampai Kepustakawanan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

FA. WIRANTO (editor) 2008. Perpustakaan dalam dinamika pendidikan dan masyarakat. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.

SUHERMAN. 2009. Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah : referensi pengelolaan perpustakaan sekolah. Bandung : MQS Publishing.

http://www.dunia.ibu.org/

http://www.librarycorner.org/

http://www.cybertokoh.com/